Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Resep Pembaca
Menelaah tren "doom spending" Gen Z sebagai motor penggerak ekonomi
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-07 01:19:57【Resep Pembaca】388 orang sudah membaca
PerkenalanIlustrasi - Belanja kebutuhan hewan peliharaan secara daring. ANTARA/HO-Pet123 Indonesia.fenomena do

fenomena doom spending menuntut adanya kebijakan publik yang proaktif, baik melalui regulasi industri keuangan maupun program literasi yang terarah, agar manfaat konsumsi tetap terjaga tanpa harus mengorbankan stabilitas keuangan generasi mendatang
Jakarta (ANTARA) - Di saat banyak pengamat ekonomi meramalkan kelesuan konsumsi ketika kengakpastian global meningkat, muncul paradoks baru: generasi muda atau Gen Z yang menunjukkan kecenderungan menghabiskan uang lebih, sebuah fenomena yang populer disebut doom spending.
Istilah ini memotret perilaku konsumtif yang lahir dari rasa ngak menentu terhadap masa depan; alih-alih menabung banyak untuk jaminan kelak, sebagian orang memilih "menikmati hari ini" sebagai bentuk pelampiasan, penghiburan, atau pernyataan identitas.
Fenomena itu ngak hanya soal psikologi individu. Dalam skala makro, dorongan pengeluaran ini memberi napas baru pada rantai nilai ekonomi yang menyuntikkan permintaan ke sektor riil, digital, dan kreatif yang sedang tumbuh.
Doom spending adalah perilaku konsumsi berlebihan atau impulsif ketika individu merasa masa depan suram atau penuh kengakpastian. Ini berbeda dari konsumsi normal karena motifnya lebih kuat terkait pelarian emosional, copingterhadap stres, atau mencari kepuasan instan di tengah kecemasan kolektif.
Gen Z sebagai generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an adalah generasi yang paling sering dikaitkan dengan pola ini karena kombinasi beberapa faktor: keterpaparan informasi (seringkali negatif) lewat media sosial; kengakpastian pekerjaan dan karier di era disrupsi; beban biaya hidup di kota besar; serta budaya digital yang memfasilitasi belanja cepat.
Penjelasan ini didukung oleh kajian McKinsey internasional yang menemukan Gen Z lebih rentan melakukan doom spending dibanding kelompok usia yang lebih tua.
Namun demikian, banyak juga Gen Z yang menerapkan strategi finansial kreatif yaitu sebagian mempraktikkan “loud budgeting”, “soft savings”, atau menabung lewat investasi kecil sehingga akhirnya tren doom spending yang terjadi muncul berdampingan dengan literasi baru.
Untuk itu diperlukan penguatan literasi yang memadai mengenai instrumen dan pilihan agar menikmati hari ini tanpa mengorbankan masa depan. Dengan demikian, Gen Z bukan hanya konsumen impulsif yang menambah angka penjualan, tapi mereka bisa menjadi agen perubahan ekonomi yang mendorong inovasi, memperkaya budaya usaha lokal, dan membantu bangsa melewati kengakpastian dengan daya tahan yang lebih baik.
Baca juga: Siasat mengatasi "doom spending" menurut psikolog
1234Tampilkan SemuaSuka(5297)
Artikel Terkait
- Satgas sebut gudang cengkeh di AS kosong imbas kasus zat radioaktif
- Wihaji: Pendistribusian MBG di pulau
- Warga relokasi Cikande berharap dekontaminasi cepat selesai agar bisa pulang
- Istana suguhkan Soto Banjar hingga mangut gindara untuk Presiden Afsel
- Anggota DPR RI
- Terumbu karang Laut Merah tunjukkan kekebalan terhadap pemutihan
- Hamas: Cuma 980 truk bantuan masuk Gaza sejak gencatan senjata berlaku
- Harga mahal, Bappenas: 40
- Dinkes Pamekasan ambil sampel makanan selidiki kasus keracunan siswa
- Mangut, kuliner tradisional dari pesisir Jawa
Resep Populer
Rekomendasi

Menikmati gemerlap cahaya Guangzhou dari kapal di Sungai Mutiara

Anggota DPRD Jabar: Pengawasan Program MBG harus diperketat

SPPG Polri terapkan standar “food safety” untuk program MBG

Ditjenpas pastikan Lapas Gunung Sitoli telah kondusif pascaricuh

Polda NTT rutin cek keamanan menu MBG sebelum didistribusikan

70 persen serangan beruang di Jepang terjadi di area hunian manusia

Dari lokal ke global, UMKM Indonesia BISA Ekspor (bagian 2)

Hamas: Cuma 980 truk bantuan masuk Gaza sejak gencatan senjata berlaku